Sabtu, 01 Mei 2010

Nephrolepis sp.

TUGAS TERSTRUKTUR TAKSONOMI TUMBUHAN
Paku Kinca (Nephrolepis sp.)








Oleh :
Nani Rahmawati
B1J008045





KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
Nephrolepis sp.

Gambar. Nephrolepis sp.
Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisio Pteridophyta
Kelas Pteridopsida
Ordo Polypodiales
Familia Polypodiaceae
Genus Nephrolepis
Spesies Nephrolepis sp.
Habitat
Nephrolepis sp. ini tumbuh di tanah dan merupakan herba. Nephrolepis sp. dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis sp. yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epifit pada pohon-pohon tropik.
Daun
Nephrolepis sp. ini mempuyai daun tropofil atau daun steril karena tidak terdapat spora pada bagian daunnya, daun ini berfungsi sebagai organ fotosintesis. Daun berwarna hijau dengan ujung daun tumpul dan tepi daunnya bergerigi dengan susunan daunnya bersilang dan merupakan isofil karena mempunyai ukuran yang sama atau serupa pada keseluruhan daunnya. Helaian daun tersusun sangat rapat dan helaian daun yang letaknya di atas lebih kecil. Daun tipis dengan permukaan daunnya halus (gundul) tidak terdapat daun penumpu atau stipula dan ligula.
Daun-daun ini dibagi menjadi 3 tipe ;
• Tropofil, daun yang menghasilkan gula untuk fotosintesis.
• Sporofil, daun yang menghasilkan spora untuk perkembangbiakan.
• Bropofil, daun yang menghasilkan lebih banyak spora, lebih besar dari daun-daun yang lain.

gambar. spora pada Nephrolepis sp.
spora pada Nephrolepis sp. pada umumnya sorusnya bulat atau garis pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Indisiun sesuai dengan bentuk sorus. Sporangium kadang-kadang sampai menutupi seluruh permukaan daun yang fertil. Sporangium bertangkai dengan annulus vertikal, tidak sempurna, jika masak, pecah dengan celah melintang.
Batang
Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena arah tumbuhnya menjalar atau memanjat. Rimpang juga mempunyai cabang dengan arah tumbuh tegak atau menggantung. Batang pada Nephrolepis sp. ini panjang dan ramping tumbuh tegak menggantung dan berwarna coklat tua, licin dan halus. Dan pada spesies ini juga tidak mempunyai ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang berwarna hitam. Batang berdiamter ± 1 mm dengan panjang ± 30 cm dan tidak terdapat percabangan. Panjangnya ±60-100 cm.
Akar
Nephrolepis sp. memiliki akar yang berwarna coklat tua dan tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.
Siklus hidup

Gambar. Siklus hidup Nephrolepis sp.
Daur hidup Nephrolepis sp. terdiri dari dua fase utama yaitu: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (arkegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju arkegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Reproduksi
Nephrolepis sp. memilki fase gametofit yang hidupnya bebas. Beberapa ciri reproduksi Nephrolepis sp. :
1. Fase sporofit (diploid) yang menghasilkan spora haploid melalui pembelahan miosis.
2. Spora tersebut tumbuh melalui bagian selnya menjadi gametofit, untuk fotosistesis protalus.
3. Gametofit tersebut menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis.
4. Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri pada protalus.
5. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit (tumbuhan Nephrolepis sp.).
Manfaat
Nephrolepis sp. ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias yaitu ditanam di pot untuk penghias ruangan, atau ditanam di pot gantung, daun mudanya dapat dibuat sayur, dan orang memanfaatkan ikatan pembuluhnya yang kuat itu untuk membuat topi (sastrapraja, 1980).

Daftar pustaka
Sastrapraja, setiaji dkk. 1980. Jenis Paku Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

alamanda


Alamanda
Allamanda cathartica L. Nama umum
Indonesia: Alamanda
Inggris: golden-trumpet, common allamanda
Nama Daerah
Sunda: Lame areuy
Jawa: Alamanda




Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Allamanda
Spesies: Allamanda cathartica L.

Deskripsi
Tumbuhan perdu, berumur panjang (perenial), tinggi bisa mencapai +/- 4 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, terkulai, warna hijau, permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau, bentuk jorong, panjang 5 - 15 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tebal, ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan bawah halus, bergetah Bunga majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul di ketiak daun dan ujung batang, mahkota berbentuk corong (infundibuliformis) - berwarna kuning, panjang mahkota 8 - 12 mm, daun mahkota berlekatan (gamopetalus) Buah kotak (capsula), bulat, panjang +/- 1,5 cm, bentuk dengan biji segitiga, berwarna hijau pucat saat muda - setelah tua menjadi hitam Perbanyaan Generatif (biji), Vegetatif (stek)
Kandungan Kimia
Daun Allamanda cathartica mengandung alkaloida, kulit batang dan buah-nya mengandung saponin, di samping itu kulit batangnya juga mengandung tanin dan buahnya mengandung flavonoida dan polifenol.
Khasiat
Daun Alamanda berkhasiat untuk penawar keracunan. Untuk penawar keracunan dipakai ± 15 gram daun segar Allamanda ca-thartica, dicuci, direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum dua kali sama banyak selang satu jam.