efek hormonal pada ovulasi dah pemijahan

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN








Oleh :
Nani Rahmawati
B1J008045



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II





KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Pengamatan Teknik Hipofisasi Pada Ikan Nilem
Tanggal dan Waktu Perlakuan Keterangan
29 Maret 2010
(20.50 WIB) Pemberian suntikan ekstrak kelenjar hipofisa Proses dimulai dari pengamatam kelenjar hipofisa ikan donor (ikan karper) hingga disuntikkan ke ikan resipien (ikan nilem)
30 Maret 2010 (09.00 WIB) Pengamatan Pemijahan dengan teknik hipofisasi tidak berhasil, ditandai dengan tidak adanya telur ikan.
B. Pembahasan
Hipofisasi adalah menyuntikkan suspensi kelenjar hipofisa kepada ikan yang akan dibiakkan. Kelemahan dari tekhnik hipofisasi adalah hilangnya sejumlah ikan donor untuk diambil hipofisanya (Oka, 2005). Kelenjar hipofisa ikan terdapat di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel pada infundibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang atau pipih tergantung pada jenis ikannya. Suatu lekukan tulang pada lantai otak yang disebut cella turcica melindungi kelenjar ini. Pengambilan kelenjar ini yaitu dengan membuka tulang tengkorak dan otak diangkat, biasanya butir kelenjar hipofisa akan tertinggal di dalam cella turcica (Sumantadinata, 1981).
Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisa merupakan organ yang relatif kecil ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, tetapi mempunyai pengaruh pada sejumlah proses vital dalam tubuh manusia maupun hewan. Pengaruh yang luas dari kelenjar hipofisa di dalam tubuh disebabkan olah kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa tersebut (Oka, 2005). Kelenjar hipofisa mempunyai peran yang sangat penting, dimana kelenjar yang dihasilkan berupa hormon yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa ada Sembilan macam, yaitu: ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin (Oka, 2005). Kerusakan dalam pengambilan ekstrak hormon mengakibatkan hormon tersebut tidak berfungsi. Hormon yang berpengaruh dalam pemijahan ikan adalah gonadotropin yang berfungsi dalam pematangan gonad dan mengontrol ekskresi hormon yang dihasilkan oleh gonad (Hurkat dan Mathur, 1986).
Menurut Pearce (1957), hormon gonadotropin merupakan hormon yang merangsang folikel gift di dalam ovarium dan pada pembentukan spermatozoa dalam testis. Sedangkan menurut Black and Pickering (1998), hormon ini yaitu LH dan CTH dapat mengontrol sekresi estrogen, progesteron serta testoteron. Mekanisme gonadotropin dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rangsangan  hipotalamus  gonadotropin  gonad
Gonadotropin merangsang alat kelamin seperti testis menghasilkan testosteron dan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron. Menurut Ville et al., (1988), terdapat hubungan antara hipofisa dan gonad, dengan meningkatnya konsentrasi gonadotropin dalam darah, akan menghasilkan sejumlah ovalusi tertentu. Injeksi hormon dapat dianggap sebagai gonadotropin eksogen yang akan merangsang gonadotropin endogen dari kelenjar hipofisa dan merangsang steroid secara alami serta senyawa-senyawa lain yang ada dalam gonad. Folicle Stimulating Hormon (FSH) menyebabkan berkembang dan membesarnya folikel di dalam ovari dengan elaborasi simultan estrogen folikel. Peningkatan kadar estrogen yang beredar menyebabkan produksi FSH dihambat seperti halnya mekanisme umpan balik lainnya. Menurunnya produksi FSH menyebabkan produksi LH meningkat, sehingga folikel menjadi masak dan terjadilah ovalusi. FSH juga merangsang proses gametogenesis dalam tubulus seminiverus di testis pada hewan jantan melalui perkembangan spermatozoa spermatosit, tetapi testosteron dibutuhkan dalam melengkapi perkembangan spermatozoa bersama dengan sekresi pituitary dari ACSH (LH) yang bekerja dengan testoteron (Gordon, 1982).
Selama hipofisasi, ikan jantan membuat gelembung-gelembung udara bercampur dengan lendir dari mulutnya membentuk busa yang mengapung di permukaan air. Ikan jantan akan melilitkan tubuhnya ke tubuh ikan betina dengan ketat dan membalikkannya ke atas, kemudian lilitan tersebut akan mengendur dilanjutkan dengan ikan betina mengeluarkan telur-telurnya disusul ikan jantan mengeluarkan spermanya dan terjadi pembuahan. Telur tersebut akan ditangkap oleh ikan jantan dengan mulutnya dan dibawa ke atas permukaan air. Menurut Sumantadinata (1981), ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan lunak bila diraba, serta dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan dan lubang kelamin berbentuk bulat telur dan agak melebar serta agak membengkak. Ciri ikan jantan yang sudah matang kelamin antara lain mudah mengeluarkan milt perutnya diurut, naluri gerakan lincah, postur tubuh dan perut ramping warna tubuh kehijauan dan kadang gelap, lubang kelamin agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Percobaan ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai ikan donor dan ikan nilem (Osteochillus hasselti) sebagai resipien. Menurut Sumantadinata (1981) ikan donor adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisanya yang masih dalam satu jenis atau satu familia dengan ikan resipien, sedangkan ikan resipien adalah ikan yang diinjeksi atau disuntik. Perbandingan berat tubuh ikan donor dan ikan resipien adalah 1,5 : 1 yang artinya 1,5 kg berat ikan donor untuk 1 kg berat ikan resipien. Perbandingan jumlah ikan resipien betina dan jantan adalah 1 : 3, dimana untuk tiap ekor ikan betina diperlukan 3 ekor ikan jantan. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemijahan adalah 8 – 10 jam setelah menyuntikan (Yuwono dan Sukardi, 2001).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 12 jam didapatkan hasil bahwa setelah melakukan penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa pada ikan resipien dengan cara intramuscular (melalui otot di bawah sirip punggung pada sisik ketiga), ternyata tidak terjadi pemijahan hal tersebut dapat disebabkan oleh lingkungan yang tidak kondusif sehingga ikan mengalami stress dan hormon yang ada tidak memberikan respon. Penyebab lain yaitu teknik penyuntikan yang kurang sempurna sehingga menghambat proses ovulasi yang terjadi, sehingga juga menghambat proses pemijahan.. Menurut Kakufu (1983), cara pengambilan ikan resipien jangan sampai terjadi luka atau hilangnya sisik, hal ini dapat menyebabkan ikan tidak dapat memijah walaupun telah diberi suntikan kelenjat hipofisa. Menurut Djuhanda (1981), jika keadaan suhu lingkungan yang disenangi tidak dijumpai, maka ikan tidak akan memijah. Kondisi media yang kurang sesuai antara lain pH air, tekanan osmosis dan oksigen terlarut yang kurang juga dapat mempengaruhi ikan tidak memijah.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan :
1. Hipofisasi merukapan teknik untuk mempercepat pemijahan ikan melalui injeksi kelenjar hipofisa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan antara lain kemasakan kelamin ikan, keadaan psikologis ikan, cahaya, temperatur dan aliran air.
3. Pada kelompok 2 tidak terjadi pemijahan, hal tersebut dapat disebabkan oleh lingkungan yang tidak kondusif sehingga ikan mengalami stress dan hormon yang ada tidak memberikan respon. Penyebab lain yaitu teknik penyuntikan yang kurang sempurna sehingga menghambat proses ovulasi yang terjadi, sehingga juga menghambat proses pemijahan.

B. Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya, praktikan lebih teliti lagi dalam pengamati perubahan – perubahan yang terjadi pada ikan sehingga data yang diperoleh lebih valid lagi.

DAFTAR REFERENSI
Black, K.D. and Pickering, AD. 1998. Biology of Farmedfish. Sheffield Academic Press Ltd, England.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Djojosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Vol. 1. Depdikbud, Dikti. PAU Ilmu Hayati, IPB, Bogor.
Gardon, M.S. 1982. Animal Physiology Principles. Mc Milan Publishing Co, New York.
Hurkat dan Mathur. 1986. Text Book of Animal Physiology. S. Clark Ltd, New Delhi.
Kakufu, T. dan Ikonwe, H. 1983. Hormon Injection for Artifical Spawning Modern Methods of Aquaculture. In Japan Konshasha Ltd, Japan.
Muhammad, Hamzah Sunusi, dan Irfan Ambas. 2001. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar Hipofisa terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok (Anabas testudineus bloch). Sains and technology, Vol 2 No. 2 a : 14-22.
OKA, 2005.Penggunaan Ekstrak Hipofisa Ternak Untuk Merangsang Spermiasi Pada Ikan (Cyprinus carpio L.). Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Pearce, E.C. 1957. The Physiology for Pituitary Gland of Fisher. Zoological Society, New York.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Budaya, Jakarta.
Ville et al., 1988. Zoologi Umum Edisi ke-6. Erlangga, Jakarta.
Yuwono, E. dan Sukardi P. 2001. Fisiologi Hewan Air. Edisi Pertama, CV Sagung Seto, Jakarta.